kita gemar menghabiskan waktu tanpa menghabiskan kopi dan teh yang kita
minum
sambil melihat lampu-lampu bergerak ibukota
di sudut ruang yang sepi pun kita bisa menciptakan ramai berkata-kata
matamu mataku mereka enggan berpapasan tapi enggan berpisah
tanganmu tanganku mereka lebih jujur; senang berdekatan dan enggan berpisah
kau balikkan punggungmu melempar senyum-senyum itu
senyum-senyum malu melihat tingkah laku
apa daya
aku menjadi dungu mengagumi senyummu
tapi di sela kejujuran tanganmu dan senyum-senyum itu
terasa ada yang mengganggu; ya, kecemasanmu yang melihatku menunggu
kabut lalu yang kadang mengganggu
kau, induk dari rindu-rindu yang kadang seenaknya mengetuk pintu kamarku
jangan merasa biru, aku bersamamu
ada atau tidak ada kelabu aku akan terus melagu
genggam pena
memberi makna
tidak ada yang
pergi
aku dan sajak-sajakku akan terus di sini
dan tidak ada alasan untuk bergegas
jika aku dan
sajak-sajakku sudah menemukan tempat yang pantas.
No comments:
Post a Comment